Robb kita telah memberikan kemuliaan kepada kita-sebagai kaum muslimin-dengan menganugerahkan Kitab suci yang terbaik yang diturunkan kepada manusia. Robb juga telah memuliakan kita dengan mengutus nabi yang terbaik yang pernah diutus kepada manusia. Sesuai firman Allah swt.
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu.” ( QS Al Anbiya : 10 )
Kitalah kaum muslimin, satu-satunya umat yang memiliki manuskrip langit yang paling autentik. Manuskrip yang mengandung firman-firman Allah yang terakhir, yang diberikan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia.Anugerah itu terus terpelihara dari perubahan dan pemalsuan kata maupun makna. Karena, Allah telah menjamin untuk memeliharanya dan tidak dibebankan tugas itu kepada siapapun dari sekalian makhlukNya.
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab -baik itu kitab agama maupun kitab biasa- yang terjaga dari perubahan dan pemalsuan, kecuali Al Qur’an . Tidak ada seorangpun yang dapat menambah atau mengurangi satu huruf darinya. Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan, dihafal dan dijelaskan, sebagaimana bentuk aslinya saat diturunkan oleh Allah swt kepada Rosulullah saw. dengan perantaraan malaikat Jibril yang terpercaya.
Al Qur’an terdiri dari seratus empat belas surat. Seluruhnya dimulai dengan basmalah, kecuali satu surat saja, yaitu surat At Taubah. Dan tidak ada seoranpun yang berani manambahkan basmalah pada suarat at Taubah, baik dengan tulisan maupun dengan bacaan. Karena tidak ada tempat bagi akal untuk campar tangan di dalam Al Qur’an.
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab yang dihafal oleh puluhan ribu orang di dalam hati mereka, kecuali hanya Al Qur’an yang telah dimudahkan oleh Allah untuk diingat dan dihafal. Maka tidak aneh jika kita menemukan banyak orang, baik laki-laki maupun wanita, anak kecil maupun dewasa yang hafal Qur’an di dalam hatinya, mereka tidak melewatkan satu hurufpun dari Al Qur’an. Demikian pula yang dilakukan oleh banmyak orang non Arab, mereka tidak meninggalkan satu hurufpun dari Al Qur’an. Mereka menghafal kitab suci Robbnya semata-mata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, meskipun mereka tidak memahami apa yang dibaca dan dihafal, karena Al Qur’an tertulis bukan dalam bahasa mereka.
Al Qur’an tidak semata dijaga makna-makna, kalimat-kalimat serta lafal-lafalnya, namun juga cara membaca dan makroj hurufnya. Seperti kata mana yang harus dipanjangkan ( mad ), mana yang harus didengungkan ( ghunnah ), mana yag harus dibaca jelas, lebur dan samar ( Idh-har, Idghom dan Ikhfa’) yang diabadikan oleh para ulama’ dalam suatu ilmu yang disebut ilmu tajwid.
Sementara metode penulisan Al Qur’an masih tetap tertulis dan tercetak hingga saat ini, seperti tertulis pada era kholifah Utsaman bin Affan, meskipun metode dan kaidah penulisan telah berkembang jauh. Hingga saat ini, tidak ada suatu pemerintah muslim atau suatu organisasi ilmiyah, yang berani mengubah metode penulisan Al Qur’an maupun menerapkan kaidah-kaidah penulisannya dengan memberlakukannya bagi seluruh buku, koran dan lainnya yang ditulis maupun dicetak.
Allah swt menurunkan Al Qur’an yang sedemikian itu untuk memberikan kepada manusia tujuan yang paling mulya dan jalan yang paling lurus.
“ Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus.” ( Al Isro’ : 9 )
Al Qur’an adalah cahaya yang dianugerahkan Allah swt. kepada hamba-hambaNya, disamping cahaya fitrah dan akal… “ Cahaya di atas cahaya ( berlapis-lapis ) ( AN Nur : 35 ). Dan Al Qur’an mendiskripsikan dirinya sendiri sebagai cahaya dalam banyak ayat seperti dalam firmanNya;
“ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenran dari Tuhanmu, ( Muhammad dengan mukjizatnya ) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang ( Al Qur’an )” ( At Taghobun :8 )
Di antara karakteristik cahaya adalah dirinya sendiri telah jelas, kemudian ia memperjelas yang lain. Ia membuka hal-al yang samar, menjelaskan yang hakikat, mebongkar kebatilan-kebatilan, menolah syubhat, menunjukkan jalan bagi orang yang sedang dalam kebingungan saat mereka gamang dalam menapaki jalan atau tidak memiliki petunjuk jalan, serta menambah jelas dan menunjukkannya ( Jalan Lurus ) bagi orang yang telah mendapatkan petunjuk. Jika Al Qur’an mendiskripsikan dirinya sebagai cahaya, dan dia adalah cahaya yang istimewa, ia juga mendeskripsikan wahyu yang lain sebagai petunjuk dan cahaya, seperti kitab Taurot dan Injil, bedanya Allah tidak menjamin keasliannya sepanjang masa, karena sudah tergantikan oleh Al Qur’an .
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurot di dalamnya ada petunjuk dan cahaya ( yang menerangi ).” ( Al Maidah : 44 )
Hal itu karena Al Qur’an ini datang untuk membenarkan kitab-kitab suci yang telah turun sebelumnya. Yaitu yang berkaitan dengan pokok-pokok akidah dan akhlak, sebelum kitab-kitab itu dipalsukan dan diubah tangan manusia. Al Qur’an juga mengungguli kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu dengan mengoreksi dan meluruskan tamabhan-tambahan dan perubahan-perubahan yang telah disisipkan oleh manusia dalam kitab-kitab tersebut. Dalam hal ini Allah menegaskan;
“Dan Kami telah turunkan Kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab ( yang diturunkan sebelumnya ) dan batu ujian terhadap kitab-kiatab yang lain itui.” ( Al Maidah : 48 )
Selain itu, Al Qur’an adalah kitab Ilahi yang menjadi mukjizat, kitab yang memberikan penjelasan dan dimudahkan untuk difahami. Juga bertujuan membersihkan jiwa manusia, sebab jika jiwa itu bersih, niscaya baiklah seluruh masyarakat. Sebaliknya jika jiwa itu rusak dan kotor, niscaya rusaklah seluruh masyarakat. Al Qur’an juga bertujuan membentuk keluarga, yang kemudian menjadi pangkal berdirinya suatu masyarakat, yang bersifat adil terhadap kalangan wanita yang merupakan pokok utama dalam bangunan keluarga.
Wal hasil tidak satupun sendi-sendi kehidupan manusia yang ditinggalkan oleh Al Qur’an, kecuali telah dijelaskan oleh Allah sebagai rahmat dan keberkahan bagi umat manusia.
(Oleh: Asyaikh Dr. Yusuf Al Qordlowi)
Posting Komentar